Semua orang pasti ingin punya kondisi finansial yang selalu stabil. Sayangnya tak semua orang mengetahui cara mengatur keuangan yang tepat. Peribahasa besar pasak daripada tiang rasanya masih menjadi masalah hingga hari ini.
Tak peduli seberapa besar pun penghasilan yang dimiliki, rasanya ada saja keluhan bahwa ada satu atau lebih kebutuhan yang tak terpenuhi. Biang keladi dari masalah seperti itu tak jauh-jauh dari pengaturan keuangan yang salah.
Jika mereka yang sudah mapan saja masih memiliki keluhan seputar keuangan, maka jangan tanya nasib para millennial, terlebih yang berstatus sebagai first jobber atau freelancer. Penghasilan yang habis tanpa bisa menabung atau investasi seperti sudah jadi keluhan sehari-hari.
Kebutuhan para first jobber, newly wed (mereka yang baru menikah dan belum punya anak), dan family with kids (pasangan yang sudah menikah dan memiliki anak atau tanggungan lain) pasti berbeda-beda. Oleh karena itu cara mengatur keuangannya juga pasti berbeda.
Mengetahui cara mengatur keuangan yang tepat tentu harus dimulai dengan analisis sederhana, dimanakah sebenarnya pos pengeluaran terbesar setiap orang? Berikut adalah penjelasan singkat yang bisa membantu Anda mengambil keputusan seputar cara mengatur keuangan yang tepat
Baca juga: Pentingnya Mempersiapkan Dana Pensiun Sejak Dini
Apa itu First Jobber? First Jobber adalah para fresh graduate yang baru mulai bekerja dalam dunia professional. Nah, menjadi first jobber yang belum menikah dan tak punya tanggungan sekilas tampak menyenangkan dan mudah untuk menabung atau melakukan investasi. Namun pada kenyataannya tak selalu demikian.
Para first jobber yang baru pertama kali memiliki penghasilan sendiri sering kali belum memiliki pola pengaturan keuangan yang tepat sehingga tak bisa menyisihkan untuk tabungan.
Menurut sebuah penelitian, pengeluaran terbesar para first jobber yang berada di rentang usia muda adalah untuk hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup. 23,8% penghasilan dihabiskan untuk makan di luar. Penyebabnya cukup mudah dipahami, makan di luar bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan, tapi juga sebagai alat ukur gengsi.
Selain gaya hidup, kebanyakan first jobber juga menghabiskan dana cukup banyak untuk menyewa tempat tinggal. Hal seperti ini biasanya terjadi pada first jobber di kota-kota besar yang berasal dari daerah lain. Data dari sebuah lembaga survey menyebutkan bahwa rata-rata first jobber menghabiskan hampir 1/3 gaji untuk menyewa tempat tinggal.
Cara Mengatur Keuangan yang tepat untuk para first jobber adalah:
Jika harus menyewa tempat tinggal, maka sebisa mungkin jangan melebihi 1/3 gaji. Meski begitu bukan berarti faktor kenyamanan dan keamanan tak perlu diperhatikan. Pastikan tempat yang disewa nyaman untuk istirahat, minim risiko kejahatan, dan juga memiliki sirkulasi udara yang baik agar kesehatan tetap terjaga.
Selain biaya untuk tempat tinggal, biaya untuk transportasi juga bisa menjadi celah lain untuk menghemat pengeluaran. Caranya adalah dengan menyewa tempat tinggal yang dekat tempat kerja atau memanfaatkan kendaraan umum.
Tidak bisa dipungkiri bahwa para first jobber muda identik dengan kegiatan bersenang-senang. Selama tak membuat keuangan jadi berantakan maka hal itu sama sekali tak ada salahnya. Usahakan jumlah dana yang dipakai untuk jajan maksimal 10% dari jumlah gaji.
Investasi harus dimulai sedini mungkin. Bagi first jobber, selain bertujuan menambah penghasilan, investasi juga dimaksudkan agar uang yang sudah susah payah didapat dari bekerja tidak habis dengan sia-sia.
Jumah ideal yang perlu disisihkan untuk investasi adalah sebesar 20% gaji. Jenis investasi yang dijalankan bisa disesuaikan dengan budget yang ada. Sejauh ini, emas dan deposito adalah pilihan yang paling masuk akan bagi para first jobber dengan gaji yang tak jauh-jauh dari UMR.
Baca juga: 5 Manfaat Asuransi Kesehatan untuk Freelancer
Berbeda dengan para first jobber, cara mengatur keuangan bagi para newly wed pastinya jauh lebih kompleks. Meski begitu, ternyata survey yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2018 menemukan bahwa pengeluaran terbesar para newly wed juga tak jauh-jauh dari hal yang berkaitan dengan gaya hidup.
Survei dari BPS menyebutkan bahwa 5 hal yang menghabiskan pendapatan para newly wed restoran & hotel, transportasi & komunikasi, makanan & minuman, kesehatan & pendidikan, dan konsumsi rumah tangga. Rupanya tak jauh beda dengan first jobber, pasangan newly wed muda senang menunjukkan gaya hidup dengan makan di luar.
Pada fase hidup ini keuangan juga mulai direpotkan oleh berbagai cicilan. Umumnya cicilan yang diambil adalah cicilan rumah, kendaraan, dan juga alat elektronik lainnya. Jika tak diatur dengan baik berbagai cicilan ini bisa membuat kondisi keuangan jauh dari kata stabil.
Bagi newly wed, cara mengatur keuangan yang tepat adalah sebagai berikut:
Masukkan cicilan yang harus dibayar sebagai daftar teratas dalam skala prioritas. Setelah itu masukkan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Pengaturan seperti ini dimaksudkan agar tak ada kebutuhan-kebutuhan pokok yang terlewat.
Agar tak ada kebutuhan yang terlewat, bagilah pengeluaran dalam beberapa pos. Misalnya pos pertama untuk belanja bulanan, pos kedua untuk ongkos bekerja, dan lain-lain. Jangan lupa sisihkan untuk menabung seminim-minimnya 20% dari gaji.
Anda bisa saja menerapkan pengaturan keuangan yang berbeda. Tapi jangan lupa untuk melakukan evaluasi agar Anda tahu pengaturan yang Anda lakukan berhasil atau tidak. Keberhasilan bisa diukur dari apakah semua kebutuhan sudah terpenuhi dan berapa banyak jumlah yang bisa ditabung.
Baca juga: Kiat Cepat Merancang Anggaran Bulanan
Cara mengatur keuangan yang paling rumit tentu saja adalah milik mereka yang sudah menikah dan memiliki anak atau tanggungan lain. Pasalnya sumber pemasukan tetap 2, atau bahkan 1, sementara yang harus dibiayai semakin banyak.
Pos pengeluaran terbesar bagi family with kids adalah untuk kebutuhan anak, termasuk makan, biaya pendidikan, dan kebutuhan lainnya. Agar keuangan tetap bisa stabil, cobalah ikuti tips berikut ini:
Keberadaan skala prioritas memang sangat penting untuk memastikan pengeluaran dilakukan dengan tepat dan tak ada yang terlewat. Diskusikan dengan pasangan apa saja yang menjadi prioritas dalam rumah tangga. Tapi jangan lupa untuk menghitungkan kebutuhan pribadi.
Tak ada salahnya untuk membuka tabungan pendidikan saat anak masih sangat kecil. Jadi, ketika sudah waktunya masuk sekolah ada dana yang siap dipakai dan tak langsung menguras isi rekening. Saat ini ada banyak sekali tabungan semacam ini yang bisa dipilih.
Tentunya akan sulit membiayai kebutuhan yang semakin banyak jika sumber penghasilannya itu-itu saja. Solusi yang paling masuk akal adalah dengan menemukan sumber pemasukan lain, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Memilih investasi jangka pendek maupun jangka panjang sama baiknya asal sesuai dengan kebutuhan.
Baca juga: Tips Mengatur Anggaran Liburan Keluarga
Namun sebaik apa pun cara mengatur keuangan yang dilakukan, sering kali ada kondisi tak terduga yang membuatnya jadi berantakan. Misalnya saat diri sendiri atau salah satu anggota keluarga jatuh sakit. Seperti diketahui, saat ini biaya kesehatan semakin mahal.
Sakit tidak akan mengganggu keuangan jika diri dan seluruh anggota keluarga terlindungi asuransi, misalnya asuransi rawat inap atau asuransi penyakit kritis dari PFI Mega Life. Jadi, jangan sampai lupa melengkapi diri dengan asuransi agar rencana keuangan dan mimpi-mimpi Anda tetap terjaga, ya!