Kesehatan

5 Mitos Seputar Kanker Serviks yang Sering Terdengar di Masyarakat

PFI Mega Life
01 Oct 2019
Kanker serviks adalah pembunuh utama perempuan Indonesia. Biaya untuk pengobatannya juga sangat mahal. Miliki Mega Comforta untuk melindungi diri Anda.

kanker serviks

Berbicara tentang kanker hampir selalu membuat banyak orang bergidik. Terkena penyakit ini benar-benar bisa mengubah hidup seseorang. Fisik bisa benar-benar langsung ambruk hingga tak bisa lagi beraktifitas seperti sedia kala. Banyak dan mahalnya biaya pengobatan juga bisa menguras harta benda dan tabungan yang ada.

Jika dibandingkan dengan laki-laki, perempuan merupakan kelompok yang lebih rawan terkena kanker. Bagaimana tidak, ada kanker payudara dan kanker serviks yang secara spesifik hanya menyerang para perempuan.

Data dari Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa kanker payudara dan kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita perempuan Indonesia. Pada tahuna 2019 kasus kanker payudara ada 42,1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 17. Sementara kasus kanker serviks ada 23,4 dari 100.000 penduduk dengan angka kematian 13,9.

Kanker serviks perlu mendapat perhatian khusus. Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan penderita kanker serviks di dunia. Setiap harinya ada 40 orang yang terdiagnosa kanker serviks dan 20 di antaranya meninggal dunia.

Angka di atas tidaklah mengejutkan mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan medical check up rutin, termasuk pap smear yang bisa mendiagnonsa keberadaan kanker di serviks (mulut rahim). Hal ini menyebabkan kanker baru terdeteksi ketika sudah di tahap lanjut dan lebih sulit disembuhkan.

Baca juga: Ketahuilah 20 Penyebab Kanker Payudara yang Perlu Diwaspadai

Mitos Seputar Kanker Serviks

 

Bukan hanya kesadaran mengenai pentingnya melakukan medical check up rutin dan pap smear, ternyata pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks juga masih perlu diperbaiki. Hal itu terbukti dengan masih banyak terdengarnya mitos seputar kanker yang juga dikenal dengan nama kanker mulut rahim ini di tengah-tengah masyarakat.

Kebanyakan dari mitos yang tersebar adalah mengenai apa-apa saja yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, apakah mitos-mitos tersebut benar adanya? Berikut penjelasannya:

  • Benarkah Sering Melahirkan Bisa Memicu Kanker Serviks?

Anggapan “banyak anak banyak rezeki” memang masih kerap ditemui di beberapa kelompok masyarakat Indonesia. Tapi pemahaman tersebut kemudian disangkut-pautkan dengan penyebab kanker serviks. Banyak orang beranggapan bahwa terlalu sering melahirkan bisa memicu penyakit ini.

Ternyata tak ada kaitan antara seberapa  sering seseorang melahirkan dengan kanker serviks. Perlu diketahui bahwa penyebab utama kanker serviks adalah HPV (Human Paviloma Virus) yang menular lewat hubungan seksual. Jadi jika sering melahirkan namun sang perempuan dan pasangan bersih dari HPV maka tetap aman dari risiko kanker serviks.

Tapi melahirkan terlalu sering dan dalam jarak yang terlalu rapat memang tak baik bagi kesehatan organ reproduksi. Sebaiknya dari satu kelahiran ke kelahiran lainnya diberi jarak 2 tahun agar rahim sudah pulih dari luka sebelumnya.

  • Benarkah Hamil di Usia Terlalu Muda Bisa Memicu Kanker Serviks?

Pernikahan dan kehamilan di usia yang terlalu dini memang masih menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Walaupun pemerintah sudah menerapkan batas minimal usia pernikahan tapi masih banyak yang tak mematuhinya, terutama mereka yang jauh dari lingkungan perkotaan.

Usia minimal pernikahan tentunya sudah mempertimbangkan kesiapan fisik perempuan untuk menikah, menjalani kehamilan, dan melahirkan. Ketika dilakukan di usia terlalu muda, kemudian banyak orang percaya bahwa itu bisa menjadi pemicu kanker serviks.

Ternyata kedua hal itu tidak ada kaitannya selama aktivitas seksual yang dilakukan aman dari HPV. Meski pada beberapa kasus kehamilan di usia muda memang meningkatkan risiko kematian ibu dan anak.

  • Benarkah Seseorang Bisa Terkena Kanker Serviks Karena Faktor Keturunan?

Banyak orang percaya jika ketika sang ibu, nenek, atau perempuan lain dari garis keturunan langsung terkena kanker serviks maka keturunannya akan menderita penyakit yang sama. Apakah benar demikian?

Beberapa penyakit kanker memang bisa diturunkan secara genetis, tapi tidak demikian halnya dengan kanker serviks. Jenis kanker yang satu ini tidak diwariskan pada keturunan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa keturunan penderita kanker akan lebih berisiko untuk terkena kanker jika tidak menjalani gaya hidup yang tepat.

  • Benarkah Adanya Gumpalan Saat Menstruasi adalah Gejala Kanker Serviks?

Menstruasi adalah siklus bulanan yang pasti dialami para perempuan ketika organ reproduksinya sudah aktif. Rata-rata perempuan mendapatkan menstruasi pertamaya di usia 12 tahun. Namun beberapa memiliki keluhan terkait siklus bulanannya ini.

Ada mitos yang menyebutkan bahwa jika ditemukan darah menggumpal ketika menstruasi maka bisa jadi itu adalah tanda kanker serviks. Mitos tersebut sangat keliru. Adanya gumpalan darah ketika mensruasi adalah hal yang wajar.

Demikian pula halnya dengan rasa nyeri yang kerap menyerang ketika tengah menstruasi. Rasa nyeri tersebut tak perlu dikhawatirkan selama masih berlangsung dalam kadar yang normal. Pemeriksaan medis baru perlu dilakukannya jika rasa nyerinya tak wajar dan darah keluar dalam jumlah sangat banyak.

  • Benarkah Orang yang Tidak Pernah Melakukan Hubungan Seksual Aman dari Kanker Serviks?

Mitos yang satu ini ada benarnya. Banyak ahli kesehatan menyebutkan bahwa mereka yang belum pernah melakukan hubungan seksual memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker serviks.

Hal itu berkaitan erat HPV yang penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual. Kendati demikian orang yang tidak pernah berhubungan seksual tetap harus menjaga kebersihan organ reproduksinya. Pemeriksaan pap smear juga perlu dilakukan secara berkala untuk semakin memininimalisir risiko.

Baca juga: Cara Ampuh Mengatur Keuangan Saat Sakit

Jadi, Apa Sebenarnya yang Menjadi Penyebab kanker serviks?

Kini Anda sudah tahu kebenaran dari mitos-mitos terkait kanker serviks. Pertanyaan yang berikutnya muncul adalah apa yang sebenarnya menjadi penyebab kanker serviks? Berikut adalah beberapa penyebab yang harus diwaspadai:

  • Melakukan Hubungan Seksual di Bawah Usia 20 Tahun

Sebelum berusia 20 tahun organ reproduksi wanita belum sepenuhnya siap untuk melakukan hubungan seksual. Melakukan hubungan seksual di bawah usia 20 tahun meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Apalagi jika kebersihannya tidak dijaga dengan baik.

  • Merokok

Merokok memang memiliki banyak dampak negative bagi tubuh, termasuk memicu munculnya kanker serviks. Zat-zat beracun yang terkandung di dalam rokok bisa memicu tumbuhnya sel kanker dan membuatnya bertumbuh dengan cepat. Rokok juga bisa mengganggu kesuburan bagi perempuan.

  • Mengkonsumsi Pil KB dalam Jangka Waktu Lama

Masih banyak perempuan yang menggunakan pil KB untuk mengendalikan kehamilan. Sayangnya pil KB memiliki efek samping, yakni mengganggu keseimbangan hormon. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, misalnya lebih dari 5 tahun, ketidak-seimbangan hormon yang terjadi bisa menjadi penyebab kanker serviks.

  • Sering Berganti Pasangan Seksual

Seperti sudah disebutkan sebelumnya HPV sebagai penyebab utama kanker serviks menular lewat hubungan seksual. Semakin sering berganti pasangan maka semakin tinggi pula risiko untuk terkena kanker serviks. Risiko akan semakin meningkat jika hubungan seksual yang dilakukan berisiko (tanpa pengaman).

Baca juga: Fakta Biaya Rawat Inap di ICU dan ICCU

Biaya Pengobatan Kanker Serviks

Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan kanker serviks bergantung pada tingkat keparahan. Semakin parah maka akan semakin besar biaya yang dibutuhkan. Jika diakumulasikan, biaya yang dihabiskan untuk pengobatan kanker ini bisa menyentuh angka ratusan juta rupiah.

Ratusan juta adalah angka yang tidak sedikit, terutama jika tidak ada tabungan dan dana darurat dalam jumlah besar yang sudah dipersiapkan. Kondisi ini pasti akan langsung membuat kondisi finansial jadi berantakan.

Hal seperti di atas bisa dicegah dengan memiliki asuransi, terutama asuransi penyakit kritis. Mega Comforta dari PFI Mega Life adalah salah satu asuransi penyakit kritis yang cocok untuk melindungi dari kondisi seperti ini. Mari lindungi diri sebelum terlambat.

Berikan komentar anda

TERIMA KASIH TELAH MENGHUBUNGI KAMI lang

Kami akan meninjau dan mengkonfirmasi komentar Anda lang