Proteksi

Menghadapi Risiko Kanker Tanpa Rasa Panik

PFI Mega Life
06 Mar 2020
Menerima diagnosis kanker bisa bikin seseorang merasa it’s the end of the world. Bagaimana para penyintas kanker melawan ketakutan mereka?

Bagi banyak orang, kanker adalah istilah yang kerap dijadikan momok. Banyak orang mengidentikkan kanker dengan penderitaan, bahkan kematian, karena sulit disembuhkan. Tidak sedikit penderita kanker yang meninggal meski telah menjalani pengobatan. 


Saat ini, kanker juga dianggap sebagai salah satu sumber kebangkrutan karena pengobatannya sangat mahal. Memiliki asuransi kanker merupakan salah satu langkah yang patut Anda pertimbangkan untuk melindungi diri dari jatuh bangkrut akibat terdiagnosis kanker. 


Di Indonesia, kasus kanker yang paling banyak terjadi adalah kanker payudara. Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO), dari total 348.809 kasus kanker, 58.256 atau 16,7% di antaranya adalah kanker payudara. Kasus kanker terbanyak kedua di Indonesia adalah kanker serviks (leher rahim), yaitu 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus. Kedua kanker tersebut paling banyak menyerang perempuan.


Perjuangan Melawan Kanker


Setiap orang memiliki reaksi berbeda-beda ketika mendapat diagnosis kanker. Namun, umumnya reaksi awal mereka adalah syok, panik, dan merasa tak berdaya, terutama bila stadiumnya sudah lanjut. Para penderita kanker umumnya merasa hidup telah usai, bingung, kesepian, tidak bisa menerima, malu, depresi, bahkan mungkin ingin bunuh diri.


Di sisi lain, ada juga kisah positif dari penderita dan penyintas kanker. Berikut kisah inspirasi dari para penyintas kanker dalam berjuang melawan penyakit yang mengubah hidup mereka. 


Andien: Hidup lebih sehat


Penyanyi Andien ternyata pernah mendapat diagnosis kanker payudara saat kelas 2 SMA. Saat itu, ia terkejut dan bingung karena di keluarganya tidak ada riwayat kanker payudara. Untuk menghilangkan benjolan tersebut, pada 2002 Andien menjalani operasi pengangkatan kanker yang sukses. Ia pun dapat meneruskan hidupnya secara normal. 


Setelah mengetahui kanker bisa muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat, Andien pun  mengubah pola hidupnya. Saat ini, Andien dikenal sebagai salah satu pesohor yang aktif mengampanyekan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi dan rajin berolahraga.


Vidi Aldiano: Hidup dengan satu ginjal


Pada 2019, penyanyi Vidi Aldiano mendapat diagnosis kanker di ginjal kirinya. Kabar itu membuatnya syok karena sebenarnya tak merasakan gejala khusus. Tak lama setelah mendapat diagnosis tersebut, Vidi langsung menjalani operasi pengangkatan ginjal di Singapura. 


Kini Vidi sudah kembali aktif bernyanyi dan melakukan sejumlah perubahan pada pola makannya. Meski dokter bilang ia tidak perlu melakukan pantangan terhadap makanan, Vidi merasa ia tetap perlu menjaga pola makannya. Vidi kini berhenti minum kopi, memperbanyak konsumsi air putih, mengurangi asupan daging merah, serta lebih banyak mengonsumsi ikan dan ayam.


Titiek Puspa: Tetap Energik


Penyanyi senior Titiek Puspa pernah mendapat diagnosis kanker serviks stadium 3 pada usia 73 tahun. Ia lalu menjalani operasi dan kemoterapi di Singapura. Proses kemoterapi dianggap Titiek sangat berat, melelahkan, dan menyakitkan. Ia bahkan sempat pasrah bila ternyata Tuhan ingin mengambil nyawanya. 


Titiek merasa berada di titik terendah dalam hidupnya. Namun, proses kemoterapi ternyata sukses dan ia dinyatakan bersih dari kanker. Untuk mendukung proses pemulihan, penerima penghargaan Pengabdian Seumur Hidup dari Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia 2018 ini mengurangi konsumsi daging merah dan rajin meditasi. Kini, di usia 80-an ia masih energik dan sesekali terlihat tampil dalam acara hiburan di televisi. 


Rachel Amanda: Lebih Mendengarkan Tubuh

Aktris pemeran Awan dalam film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini ini memiliki kondisi hipertiroid dan rutin minum obat untuk menekan gejolak hormon tiroid di tubuhnya. Bila tidak dibantu dengan minum obat, hormon tiroid yang tidak stabil itu membuat Amanda gampang lelah dan sering gemetar. 


Selain itu, jantungnya kerap berdebar-debar dan tingkat metabolismenya tergolong tinggi. Namun, setelah hormon tiroid di tubuhnya stabil, Amanda memperhatikan lehernya malah membengkak. Setelah diperiksa, ternyata terdapat tumor di tiroid kanan dan dokter memvonisnya dengan kanker tiroid stadium 1. 


Saat itu, usianya masih sangat muda, yakni 19 tahun. Ketika pertama kali mendengar berita tersebut, ia syok dan tak percaya. Namun, dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya membuatnya kuat dan berani menjalani operasi pengangkatan tiroid maupun rangkaian perawatan. Sekarang ia menjalani pola makan yang lebih sehat, menjauhi perokok, dan lebih mendengarkan tubuhnya agar dapat beristirahat dengan cukup. 


 

Rima Melati: Rajin SADARI (PerikSA PayuDAra SendiRI)


Rima Melati mendapat diagnosis kanker payudara stadium 3B pada usia 45 tahun. Setelah mengalami proses pengobatan di Belanda, Rima berhasil sembuh total. Menurut Rima, kebiasaan buruknya selama bertahun-tahun, yaitu merokok, sebagai salah satu faktor yang membuatnya terkena penyakit tersebut. 


Rima mengingatkan perempuan maupun pria dewasa agar rajin melakukan SADARI atau perikSA payuDAra sendiRI, untuk mendeteksi benjolan di sekitar payudara. Semakin dini benjolan ditemukan, peluang penyembuhannya pun semakin besar.


Memahami Penyebab Kanker


Dalam situs Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dijelaskan kanker terjadi saat sel-sel abnormal membelah tanpa terkontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Penyebaran tersebut melalui sistem peredaran darah dan limfatik.


Pada 2019, Kepala Yayasan Kanker Indonesia, Aru Sudoyo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia terus meningkat. Padahal, kanker adalah penyakit yang bisa dicegah karena kemunculannya membutuhkan waktu sangat lama.


Tingkat keparahan kanker dibagi ke dalam empat stadium:


Stadium I: kemungkinan sembuh 90%
Stadium II: kemungkinan sembuh 70%
Stadium III: kemungkinan sembuh 40%
Stadium IV: kemungkinan pasien untuk  bertahan hidup hanya 20% 


Ada banyak faktor risiko atau penyebab kanker. Dikutip dari situs web Detik, Dr dr Andhika Rachman SpPD dari RS Kanker Dharmais menjelaskan, faktor penyebab kanker adalah keturunan dan lingkungan. Peluang Anda terkena kanker masih rendah belum ada kesesuaian antara faktor keturunan dan lingkungan. Berikut faktor-faktor risiko atau penyebab kanker:


1. Usia di atas 55 tahun


Kanker adalah penyakit yang membutuhkan waktu sangat lama untuk berkembang. Karena itu, umumnya seseorang mendapat diagnosis penyakit kanker saat usianya sudah tergolong lanjut, yaitu di atas 55 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga seseorang yang mendapat diagnosis penyakit tersebut di usia 40-an.

2. Kelebihan berat badan


Berat badan berlebih hingga obesitas juga termasuk salah satu faktor penyebab kanker. Anda disebut obesitas bila memiliki indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) di atas 30. National Cancer Institute menyebutkan, orang dengan kondisi obesitas kemungkinan berisiko lebih besar menderita kanker di organ-organ seperti payudara, usus, rektum, endometrium, esofagus, ginjal, pankreas, dan kantong empedu.


3. Kebiasaan merokok


Rokok berisi lebih dari 4.000 racun dan lebih dari 40 di antaranya bersifat karsinogen (pemicu kanker). Merokok sama dengan mengisap racun-racun tersebut dan memasukkannya ke dalam tubuh.


Kebiasaan merokok tidak hanya menjadi penyebab kanker paru, tetapi juga berkontribusi dalam memicu kanker pada organ lain; seperti rongga mulut, pangkal tenggorokan, kerongkongan, kandung kemih, lambung, ginjal, leher rahim, dan pankreas. 


4. Risiko hormonal

Faktor ini terdapat terutama pada perempuan. Hormon estrogen pada perempuan bisa bertindak sebagai pemicu dan perangsang timbulnya kanker payudara dan kanker endometrium. Risiko terkena kanker dapat meningkat pada perempuan yang menjalani hormone replacement therapy dan perempuan yang menopause-nya lambat.


5. Keturunan


Bila Anda termasuk dalam keluarga yang mewarisi gen kanker atau gen yang berpotensi menjadi sel kanker, Anda pun memiliki peluang untuk memiliki kondisi tersebut. Namun, risiko genetik dapat ditekan bila faktor lingkungan bisa dikendalikan. Beberapa yang termasuk faktor lingkungan yaitu pola makan, gaya hidup, serta paparan terhadap polusi. Para ahli mengatakan tingkat polusi tinggi terus menghasilkan bahan karsinogen sehingga membuat masyarakat berisiko terhadap kanker.


Perlindungan terhadap Kanker


Ada banyak upaya yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri dari kanker:


1. Stop merokok


Kebiasaan ini sudah jelas tidak menyehatkan bagi Anda maupun orang lain yang menjadi perokok pasif. Segera stop merokok untuk mengurangi risiko kanker.


2. Konsumsi makanan bernutrisi


Mengonsumsi makanan alami yang kaya akan zat gizi seperti buah dan sayuran segar dapat membantu meredam potensi pertumbuhan sel abnormal. Makanan yang sudah mengalami proses pengolahan panjang biasanya ditambahi zat-zat kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan.


3. Olahraga teratur


Olahraga penting untuk membantu menjaga berat badan tetap normal, terutama pada orang dewasa dan lanjut usia. Berat badan berlebih atau obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyebab kanker. Sisihkan waktu setidaknya 30 menit untuk tiap sesi olahraga beberapa kali dalam seminggu.


4. Skrining secara teratur


Beberapa jenis kanker dapat dideteksi secara dini bila Anda rajin melakukan skrining. Misalnya, perempuan berusia 45 tahun ke atas yang berisiko terhadap kanker payudara perlu melakukan mamografi setahun sekali untuk mendeteksi sel kanker di payudara.


Perempuan yang berusia 21 tahun ke atas dianjurkan untuk melakukan tes pap-smear setiap tiga tahun sekali. Tes pap-smear dapat membantu mendeteksi keberadaan sel abnormal maupun human papillomavirus (HPV) di area leher rahim, yang dikenal sebagai penyebab kanker.


5. Miliki asuransi penyakit kritis


Kanker merupakan salah satu penyakit kritis yang menyebabkan kematian paling besar di Indonesia, selain penyakit jantung dan stroke. Namun, hasil survei MarkPlus (2011) menunjukkan enam dari 10 warga Indonesia tidak memiliki persiapan finansial untuk pengobatan penyakit kritis.


Salah satu cara melindungi diri dari risiko finansial saat mendapat musibah penyakit kritis seperti kanker adalah dengan memiliki asuransi kanker. Asuransi penyakit kritis dari PFI Mega Life akan memberikan uang pertanggungan kepada pemegang polis, jika tertanggung pertama kali mendapat diagnosis dari salah satu penyakit kritis berikut:


1. Infarks miokard
2. Penyakit pembuluh darah arteri koroner yang membutuhkan operasi bypass
3. Operasi penggantian katup jantung
4. Stroke
5. Kanker
6. Gagal ginjal
7. Gagal hati
8. Koma
9. Transplantasi organ tubuh utama
10. Luka bakar hebat 20% dari luas permukaan tubuh


Dengan memiliki asuransi kanker, Anda tidak perlu lagi menghadapi risiko kanker dengan rasa panik. Perlindungan asuransi penyakit kritis dari PFI Mega Life membuat Anda dapat mempraktikkan berbagai langkah pencegahan kanker dengan lebih tenang.
 

Berikan komentar anda

TERIMA KASIH TELAH MENGHUBUNGI KAMI lang

Kami akan meninjau dan mengkonfirmasi komentar Anda lang