Anda mungkin pernah melihat di media sosial tentang permintaan donor darah plasma konvalesen untuk pasien COVID-19. Donasi plasma darah COVID tersebut bertujuan membantu menyembuhkan orang yang sedang terinfeksi COVID-19.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan plasma darah konvalesen? Bagaimana cara kerja terapi plasma darah konvalesen dalam menyembuhkan COVID-19?
Pengobatan lewat terapi plasma darah konvalesen menjadi ramai diketahui masyarakat setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunggah video di akun media sosialnya. Dalam video tersebut, Ganjar menampilkan sahabatnya, seorang dokter, yang mengimbau para penyintas COVID-19 untuk menyumbangkan darah mereka.
Dokter tersebut sedang menjalani pengobatan COVID-19. Ia mengatakan, kondisi tubuhnya menjadi jauh lebih baik setelah menjalani terapi plasma darah konvalesen. Karena itu, ia berharap semakin banyak penyintas COVID-19 yang mendonorkan darah mereka agar orang-orang yang sedang terinfeksi dan berjuang melawan COVID-19 dapat membaik dan sembuh.
Hingga kini, para ahli kesehatan di seluruh dunia masih terus mengembangkan pendekatan untuk menyembuhkan COVID-19. Terapi plasma darah konvalesen menjadi salah satu metode pengobatan COVID-19. Berbagai studi terus dilakukan untuk menilai efektivitas dan keamanan plasma konvalesen sebagai terapi COVID-19.
Dalam situs Satgas Penanganan COVID-19, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bahwa saat ini terapi plasma darah konvalesen sudah bisa diakses masyarakat melalui Palang Merah Indonesia (PMI). Masyarakat yang ingin menjadi pendonor ataupun yang mencari donasi plasma darah dapat menghubungi PMI.
Bila sebelumnya banyak orang yang takut akan stigma penderita COVID-19, sekarang hal tersebut sebaiknya tidak perlu dikhawatirkan lagi. Justru, penyintas COVID-19 menjadi pihak yang dapat berperan besar dalam membantu orang lain yang sedang berjuang untuk sembuh dari infeksi penyakit tersebut.
Sebelum memahami cara kerjanya, yuk, pertama-tama ketahui dulu apa yang dimaksud dengan plasma darah konvalesen atau plasma darah COVID-19.
Dalam situs Kompas dijelaskan, plasma konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari orang yang telah sembuh dari COVID-19. Plasma tersebut kemudian diproses untuk diberikan kepada pasien atau orang yang sedang terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Pemberian plasma darah konvalesen dapat mengeliminasi virus SARS-CoV-2 di tubuh pasien COVID-19 sehingga infeksi dapat terputus. Terapi plasma konvalesen juga diharapkan dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh orang-orang yang sedang terinfeksi COVID-19.
Dalam situs Sehat Negeriku dijelaskan, penggunaan plasma darah untuk pengobatan bukanlah hal baru. Metode ini biasanya digunakan dalam kondisi khusus, seperti pandemi penyakit baru yang karakteristik virusnya belum banyak diketahui. Terapi plasma darah konvalesen pernah digunakan untuk pengobatan pada waktu terjadinya wabah flu babi, ebola, SARS, dan MERS.
Masyarakat perlu juga memahami bahwa terapi plasma darah COVID-19 ini bukanlah upaya pencegahan, melainkan pengobatan. Uji klinis terhadap terapi tersebut menunjukkan bahwa terapi plasma darah konvalesen dapat mengurangi keparahan atau memperpendek durasi infeksi COVID-19.
Transfusi plasma darah konvalesen tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau kepada setiap pasien COVID-19. Ada syarat kondisi pasien COVID-19 maupun pendonor plasma darah yang perlu dipenuhi agar terapi ini dapat berjalan optimal.
Sejumlah ahli mengatakan, pasien yang dapat menerima donasi plasma darah sebaiknya yang bergejala sedang dan mengarah ke pneumonia dan hipoksia (kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan).
Dikutip dari situs Klikdokter, berikut kriteria penerima terapi plasma konvalesen:
Tidak semua orang yang sudah sembuh dari COVID-19 tubuhnya membentuk antibodi dalam jumlah cukup. Bahkan, ada sebagian kecil penyintas COVID-19 yang di tubuhnya tidak ditemukan antibodi.
Dikutip dari situs Kompas, Juru Bicara Satgas COVID-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto mengatakan hal tersebut normal. Pada penyakit selain COVID-19 pun ada penyintas yang tubuhnya tidak membentuk antibodi.
Untuk bisa menjadi pendonor plasma darah konvalesen, Anda harus memenuhi berbagai syarat berikut (dikutip dari berbagai sumber):
Selain mengetahui kriteria penerima dan pendonor terapi plasma darah COVID-19, Anda juga perlu memahami sejumlah info penting terkait terapi tersebut. Berikut beberapa di antaranya:
Prinsip ini mirip dengan donor darah darah biasa, yaitu pasien COVID-19 hanya bisa menerima donasi plasma darah dari penyintas yang memiliki golongan darah yang sama dengan dirinya.
Faktanya, tidak semua plasma darah dari pendonor dapat diberikan kepada pasien COVID-19. Plasma darah dari penyintas harus terbukti memiliki antibodi COVID-19 dalam kadar yang cukup, yaitu 400 milimeter. Dalam situs Kompas disebutkan, jumlah tersebut diambil melalui metode plasmapheresis, yakni hanya mengambil plasma dari sel darah merah.
Dikutip dari situs Kompas, terapi plasma konvalesen sudah banyak dilakukan di berbagai negara untuk pengobatan melawan infeksi virus. Tingkat efektivitasnya bervariasi, mulai dari yang mendapatkan hasil baik hingga sekitar 50 persen pasien membaik. Namun, ada juga laporan yang mencatat hasil terapi ini kurang signifikan.
Dalam situs Klikdokter disebutkan beberapa risiko efek samping dari terapi ini, di antaranya kerusakan paru-paru; kesulitan bernapas; infeksi HIV, hepatitis B, hepatitis C. Namun, semua efek samping itu bisa ditekan asalkan pasien telah memenuhi semua syarat terapi plasma darah konvalesen.
Masyarakat perlu memahami bahwa terapi plasma darah konvalesen tidak sama dengan vaksin karena tujuan keduanya berbeda. Terapi ini bertujuan memberikan antibodi yang sudah jadi dari penyintas ke pasien. Sementara, vaksin bertujuan merangsang tubuh agar membentuk antibodi.
Terapi plasma darah konvalesen diberikan kepada orang yang sedang terinfeksi COVID-19. Sementara, vaksin COVID-19 diberikan kepada orang yang belum pernah terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Dalam situs Detikhealth dijelaskan, pendonor yang telah memenuhi berbagai kriteria pada pre-skrining akan menjalani beberapa tahapan.
Pertama, sampel darahnya akan diambil untuk diperiksa golongan darah abo dan rhesus, pemeriksaan skrining antibodi, dan pemeriksaan uji saring infeksi menular lewat transfusi darah terhadap HIV, sifilis, hepatitis B & hepatitis C. Lalu pemeriksaan titer antibodi dan netralisasi antibodi, pemeriksaan hematologi (pengambilan metode apheresis), serta pemeriksaan total protein dan albumin (pengambilan metode apheresis).
Secara umum, donor darah adalah proses pemberian darah dari satu orang ke orang lain. Saat ini, proses donor darah sudah lebih spesifik lagi. Donor darah tidak harus meliputi seluruh darah, melainkan hanya bagian-bagian yang dibutuhkan, misalnya trombosit, sel darah merah, atau plasma darah, seperti pada pada kasus terapi plasma darah konvalesen untuk pasien COVID-19.
Bila sampel darah sudah lolos berbagai tahapan skrining tadi, selanjutnya plasma darah dari pendonor akan ditransfusikan kepada pasien COVID-19 (yang sudah memenuhi kriteria). Pemberian plasma darah dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari kepada pasien COVID-19.
Masyarakat boleh sedikit bernapas lega karena selain adanya terapi plasma darah COVID-19 yang dapat membantu proses penyembuhan pada pasien bergejala berat, kini vaksin COVID-19 juga sudah mulai diberikan. Meski demikian, perlu diingat bahwa situasi pandemi masih berlanjut dan belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Karena itu, setiap orang harus terus mempraktikkan protokol kesehatan 3M untuk memutus penularan COVID-19. Terus lakukan mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, dan menjaga jarak. Protokol itu harus terus dilakukan semua orang yang belum pernah terinfeksi maupun yang pernah terinfeksi dan sembuh dari COVID-19.
Ingatlah, risiko sakit tidak hanya terbatas pada COVID-19. Anda juga tetap memiliki risiko untuk terkena penyakit lain. Karena itu, pastikan Anda sudah memiliki perlindungan dari risiko kerugian finansial akibat sakit.
Musibah sakit tidak hanya menimbulkan kecemasan akan pemulihannya, tetapi juga dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri mengenai biayanya—yang biasanya besar. Untungnya, hal itu dapat dihindari dengan perlindungan yang tepat.
Dengan memiliki asuransi kesehatan, Anda otomatis mengurangi beban kekhawatiran yang muncul saat Anda sakit dan harus menjalani berbagai pemeriksaan atau dirawat inap. Asuransi kesehatan akan membantu meringankan beban finansial ketika Anda mendapat musibah sakit.
Dengan memiliki asuransi kesehatan, Anda dapat fokus pada upaya pemulihan. Ini karena biaya pengobatan dan lain-lainnya akan ditanggung perusahaan asuransi, sesuai ketentuan yang tercantum di polis Anda.
Pastikan Anda membeli asuransi kesehatan dari perusahaan asuransi dengan reputasi baik dan ternama. PFI Mega Life menyediakan berbagai solusi dan produk asuransi untuk memenuhi kebutuhan perlindungan bagi Anda dan keluarga.
Asuransi kesehatan Mega Hospital Investa dari PFI Mega Life yang menawarkan manfaat maksimal dan sesuai kebutuhan Anda. Mega Hospital Investa memberikan perlindungan maksimal bagi Anda berupa manfaat santunan harian rawat inap, pengembalian premi (no-claim bonus), dan santunan meninggal dunia.
Manfaat santunan rawat inap diberikan karena sakit atau kecelakaan, dan santunan rawat inap ICU/ICCU. Santunan meninggal dunia diberikan karena sakit dan kecelakaan.