Proteksi

3 Penyakit yang Kerap Menyerang Anak-anak saat Musim Hujan

PFI Mega Life
08 Mar 2020
Musim hujan telah tiba, waspadai penyakit yang rentan menyerang anak. Lakukan langkah-langkah pencegahan dan berikan perlindungan terbaik bagi Si Kecil.

Tiap musim hujan tiba, kejadian penyakit tertentu menjadi lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Pada awal 2020, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan, dr Anung Sugihantono MKes, menyebutkan tiga penyakit yang tingkat kejadiannya diperkirakan akan melonjak yaitu demam berdarah dengue (DBD), leptospirosis, dan malaria. Selain ketiga penyakit tersebut, masyarakat juga diminta berhati-hati terhadap penyakit lain yang kerap menyerang karena lingkungan kurang bersih seperti influenza, dan diare.

Penyakit yang Sering Menyerang Anak-anak

1. Penyakit DBD

Mengantisipasi wabah ini, orang tua perlu mengingat kembali ciri-ciri maupun gejala DBD pada anak, serta melakukan berbagai tindakan pencegahan sesegera mungkin. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan pada 2019 terjadi 110.921 kasus DBD. Angka kejadian DBD itu jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 65.602 kasus.

DBD adalah penyakit yang banyak ditemukan di wilayah tropis dan subtropis, seperti di negara-negara di Asia Tenggara. Dikutip dari situs web Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyakit DBD ditularkan melalui nyamuk betina bernama Aedes aegypti (A aegypti) yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue.

Nyamuk A aegypti senang tinggal di wilayah perumahan, lebih tepatnya di tempat yang agak gelap, seperti kolong tempat tidur dan gantungan baju di balik pintu. Nyamuk ini juga senang meletakkan telurnya di genangan air bersih yang terletak di dalam wadah, seperti vas bunga, kaleng bekas, ember plastik, bak plastik, dan gelas plastik. 
Itu sebabnya, faktor lingkungan turut memengaruhi peluang terjadinya penyakit DBD, termasuk pada anak. Bila di sekitar rumah Anda terdapat banyak genangan air bersih, kemungkinan adanya nyamuk A aegypti di genangan-genangan tersebut lebih besar.

Menurut IDAI, salah satu ciri-ciri DBD adalah sejak dulu penyakit DBD banyak menyerang anak karena anak lebih banyak berada di dalam rumah. Namun, kini kasus penyakit DBD telah meluas dan menyerang remaja serta orang-orang yang berusia di atas 15 tahun. Selain anak-anak, orang dewasa pun perlu waspada terhadap risiko DBD.

Saat nyamuk A aegypti menggigit seseorang yang sehat, ia akan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan sehingga orang yang digigit akan tertular virus dengue. Masa inkubasi (sejak penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh hingga timbulnya penyakit) penyakit DBD berlangsung selama 314 hari. Setelah itu, barulah gejala-gejala penyakit DBD mulai timbul.

Gejala DBD:

1. Fase demam, 27 hari

Anak yang menderita DBD awalnya akan mengalami fase demam, yaitu mendadak demam tinggi secara terus-menerus dan disertai nyeri kepala, nyeri otot di seluruh badan, nyeri sendi, dan kemerahan pada kulit (khususnya kulit wajah). Selain itu, anak cenderung tidak nafsu makan, mual, dan muntah. Bila darah anak diperiksa di laboratorium, akan terlihat penurunan jumlah sel darah putih di tubuhnya, sedangkan jumlah trombosit dan nilai hematokrit (kekentalan darah) masih normal. 

2. Fase kritis, 24-48 jam

Fase ini terjadi pada hari keempat hingga hari keenam sejak hari pertama demam. Pada fase ini, demam pada anak menurun dan seolah-olah terlihat membaik. Padahal, fase ini paling berbahaya karena terdapat kemungkinan terjadinya perdarahan dan kebocoran plasma darah yang dapat menyebabkan syok hingga kematian. Sepanjang fase ini, orang tua harus memastikan anak mendapat asupan cairan yang cukup.

3. Fase pemulihan, 48-72 jam

Fase ini ditandai dengan membaiknya kondisi anak secara keseluruhan, seperti nafsu makan mulai pulih, anak lebih ceria, dan buang air kecil lebih banyak dibandingkan sebelumnya.


Langkah-langkah mencegah DBD:

1. Membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air sekurang-kurangnya 7 hari sekali. Ini agar genangan tidak dijadikan tempat menyimpan telur oleh nyamuk A aegypti.

2. Tutup rapat-rapat semua tempat penampungan air. Tujuannya sama dengan sebelumnya, yaitu agar tempat penampungan air tidak menjadi tempat penyimpanan telur nyamuk A aegypti.

3. Buang atau kubur barang-barang bekas yang sudah tidak dipakai. Jangan biarkan barang-barang tersebut menumpuk sehingga bisa menjadi tempat tinggal nyamuk A aegypti.

4. Hindari menggantung baju hingga bertumpuk berlama-lama, baik di gantungan ataupun di tempat lain, agar tidak ditinggali nyamuk A aegypti.


 
2. Penyakit Leptospirosis

Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan bakteri Leptospira interrogans. Bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh manusia ketika Anda atau anak bersentuhan langsung dengan air atau tanah yang mengandung urine hewan. Beberapa hewan yang dapat menularkan infeksi ini adalah tikus, anjing, babi, sapi, rubah, dan kuda.
Leptospirosis terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ringan dan berat. Leptospirosis yang ringan dapat sembuh sendiri, sedangkan leptospirosis berat bisa berujung pada kematian. 

Leptospirosis berat adalah saat infeksi menyerang organ vital seperti paru-paru, ginjal, atau hati, dan gejalanya tidak mereda. Salah satu gejala leptospirosis berat adalah perdarahan akut yang menyebabkan gagal  ginjal atau hati, pernapasan, dan meningitis.

Seperti DBD, leptospirosis juga lebih banyak terjadi di daerah tropis. Tingkat kejadian penyakit leptospirosis selalu meningkat pada musim hujan karena adanya genangan air atau banjir yang menjadi media penyebaran penyakit ini. Selain itu, saat musim hujan atau banjir, udara menjadi lebih lembap dan lingkungan cenderung kurang higienis sehingga masyarakat berisiko lebih tinggi mengonsumsi cairan yang terkontaminasi kotoran. 

Gejala leptospirosis:

Masa inkubasi penyakit leptospirosis cukup lama, yaitu antara 2-30 hari. Gejala penyakit ini biasanya mulai muncul pada hari kelima hingga ke-14 setelah penderitanya terpapar bakteri Leptospira. Gejala penyakit leptospirosis mirip dengan penyakit flu biasa sehingga tidak dapat langsung dikenali, yaitu demam dan menggigil, batuk, diare dan muntah, sakit kepala, nyeri otot (terutama pada punggung bagian bawah dan betis), muncul ruam, mata merah dan teriritasi, serta penyakit kuning.

Langkah-langkah mencegah leptospirosis:

1. Hindari berenang atau berjalan di genangan air atau di dalam banjir.
2. Gunakan alas kaki saat berada di luar rumah.
3. Minum air yang sudah dimasak hingga matang.
4. Jaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun tiap habis menyentuh hewan dan tiap sebelum makan.
5. Hindari menyentuh hewan mati dengan tangan langsung.
6. Jaga kebersihan lingkungan tempat tinggal agar tidak didiami tikus.
7. Lakukan desinfeksi pada tempat-tempat yang telah tercemari tikus.

3. Penyakit Malaria

Malaria disebabkan parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Bila Anda atau anak Anda digigit nyamuk Anopheles, Anda atau Si Kecil akan terinfeksi parasit tersebut. Malaria termasuk penyakit yang berbahaya karena bila tidak langsung ditangani dapat menyebabkan kematian. 

Dalam Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria yang diterbitkan Kementerian Kesehatan disebutkan, malaria dapat menyebabkan anemia yang kemudian menurunkan kualitas sumber daya manusia. Ibu hamil dan anak yang berusia di bawah 5 tahun adalah kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit ini. 

Gejala malaria:

Gejala penyakit ini mulai muncul pada hari kesepuluh hingga ke-15 setelah Anda digigit nyamuk Anopheles. Namun, gejala malaria mirip dengan penyakit pilek dan flu, yaitu sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, dan badan pegal-pegal. Penderitanya juga akan mengalami demam tinggi hingga menggigil, lalu berkeringat banyak. Gejala malaria lainnya meliputi mual, muntah, diare, penyakit kuning, hingga gagal ginjal. 

Langkah-langkah mencegah malaria:

1. Memasang kelambu di tempat tidur.
2. Memasang kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk  ke dalam rumah.
3. Menggunakan baju berlengan panjang dan celana panjang.
4. Minum obat khusus sebelum bepergian ke daerah yang rawan malaria.

Untuk mengantisipasi kejadian seperti itu, orang tua perlu memiliki perlindungan khusus terhadap risiko anak terserang penyakit. Milikilah asuransi kesehatan yang memberikan manfaat santunan harian rawat inap, sehingga bila anak ternyata harus dirawat inap karena DBD, malaria, atau penyakit lainnya, orang tua dapat fokus mendampingi proses penyembuhan dan pemulihan anak tanpa pusing memikirkan soal biaya perawatan.

Asuransi kesehatan dari PFI Mega Life memberikan perlindungan santunan rawat inap karena sakit atau kecelakaan dan santunan rawat inap ICU/ICCU. Produk asuransi kesehatan ini dapat menanggung anak mulai usia enam bulan. Dengan prosedur pengajuan klaim yang mudah, asuransi kesehatan dari PFI Mega Life memberikan perlindungan kesehatan yang nyaman dan maksimal.
 

Berikan komentar anda

TERIMA KASIH TELAH MENGHUBUNGI KAMI lang

Kami akan meninjau dan mengkonfirmasi komentar Anda lang