Sesak napas tidak melulu mengarah pada penyakit asma. Bisa jadi, sesak napas yang Anda alami mengarah pada suatu kerusakan paru-paru yang cukup berisiko. Emfisema adalah salah satu penyakit paru-paru obstruksif kronis yang tidak jarang menimbulkan gejala sesak napas. Dalang utama yang menjadi penyebab penyakit emfisema sendiri adalah asap.
Emfisema bukan sekadar masalah kesulitan napas biasa. Ini merupakan gangguan paru gawat darurat yang dapat mengancam jiwa tidak ditangani secara tepat. Bahkan jika dibiarkan, gangguan paru yang satu ini juga bisa menimbulkan masalah bagi jantung Anda.
Karena itu, menjadi penting untuk memahami apa saja penyebab penyakit emfisema dan bagaimana cara mengatasinya. Tujuannya tidak lain untuk mencegah penyakit ini menghampiri Anda. Kalaupun Anda sudah terserang, penanganan yang tepat dapat dilakukan agar kondisi emfisema yang Anda alami tidak berujung fatal.
Penyakit emfisema sejatinya adalah kondisi kerusakan paru-paru yang terjadi secara perlahan-lahan selama bertahun-tahun. Kerusakan pada paru-paru ini terjadi karena adanya masalah pada kantong udara atau alveoli di paru-paru.
Alveoli sendiri adalah kantong kecil berisi udara yang terletak di ujung saluran bronkial yang percabangan kecil saluran napas. Fungsi dari kantong ini, yakni menjadi tempat pertukaran karbondioksida dan oksigen. Jadi jika alveoli rusak, pertukaran kedua zat tersebut tidak bisa terjadi secara maksimal sehingga menimbulkan gejala sesak napas.
Ketidakmampuan pertukaran karbondioksida dan oksigen yang lancar rentan mengikis dinding alveoli. Apalagi, alveoli memiliki dinding yang sangat tipis dan rapuh sehinga mudah rusak jika terjadi sendatan di dalamnya.
Pada umumnya, orang sehat memiliki sekitar 300 juta alveoli pada paru-parunya. Namun pada penderita emfisema, jaringan alveoli banyak yang hancur. Jika alveoli sudah hancur, udara kotor bisa terperangkap di dalam paru-paru karena tidak terjadi pertukaran dengan udara bersih.
Berhati-hatilah sebab penyakit emfisema kerap tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Gejala baru terjadi ketika kondisi alveoli yang rapuh semakin parah. Secara umum, gejala kesulitan pernapasan, seperti sesak napas, menjadi gejala yang paling sering dialami oleh para penderita penyakit ini. Namun, Anda juga mesti mewaspadai gejala penyertanya.
Dispnea adalah bahasa medis untuk kondisi napas pendek yang dialami seseorang. Gejala ini tidak hanya menyerang pasien yang terdiagnosis penyakit enfisime. Dipsnea juga dialami oleh pasien-pasien yang mengalami masalah paru-paru obstruktif kronis.
Dispnea menyebabkan laju pernapasan seseorang menjadi lebih lambat dan dalam. Dalam bahasa awam, kondisi napas pendek ini erat dikaitkan dengan gejala sesak napas.
Batuk tidak selalu disebabkan oleh virus. Begitupun dengan kondisi mengi yang membuat pernapasan Anda terlihat bersiul tidak selalu berhubungan dengan asma. Penyakit emfisema pun kerap menimbulkan kedua gejala ini pada penderitanya.
Kondisi ini merupakan gejala awal dari kerusakan alveoli karena produksi lendir meningkat sehingga tubuh mengeluarkan refleks alami berupa batuk. Suara seperti siulan saat bernapas juga menandakan adanya penyempitan saluran napas untuk mengalirkan udara. Jadi, Anda patut mewaspadai dan berkonsultasi ke dokter apabila mengalami batuk dan mengi dalam jangka panjang, baik berdahak ataupun tidak.
Napas cepat sebenarnya menunjukkan ada yang tidak beres pada porsi oksigen di paru-paru Anda. Kondisi napas yang terlalu cepat dapat menjadi indikasi tingkat oksigen di dalam darah terlalu rendah.
Kurangnya tingkat oksigen di tubuh membuat tubuh mengeluarkan refleks alami untuk bernapas lebih cepat. Tujuan pernapasan cepat sendiri tidak lain untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang dirasa kurang.
Semua penyakit paru-paru obstruktif kronis cenderung membuat penderitanya merasa lemah dan lemas. Ini juga terjadi pada pasien-pasien yang mengalami penyakit emfisema.
Rasa lemah dan lemas akan semakin parah jika penderita enfisime bergerak aktif. Kondisi ini berhubungan dengan asupan oksigen yang minim di paru-paru akibat tersendatnya pertukaran udara di alveoli.
Gejala emfisema juga dapat dipantau dari bentuk dada Anda. Orang-orang yang mengalami penyakit ini cenderung memiliki barrel chest sebagai penanda yang kasat mata.
Barrel chest yang terlihat pada pasien penyakit emfisema adalah bentuk dada yang lebih menonjol dan bundar. Anda harus mewaspadai terkait gejala emfisema yang satu ini sebab menjadi penanda bahwa penyakit tersebut sudah masuk tahap lanjutan.
Gangguan tidur tidak boleh dipandang remeh karena dapat menjadi sinyal adanya masalah pada tubuh Anda. Penyakit enfisima pun kerap menimbulkan masalah yang satu ini.
Penderita emfisema kerap mengalami gangguan tidur karena mengalami napas pendek. Hal ini akan terus berlangsung dan bertambah parah seiring semakin berisikonya penyakit emfisema yang seseorang alami.
Orang dengan penyakit emfisema sulit makan dengan nikmat. Pasalnya, risiko tersedak menghantui tiap kali proses makan sedang berlangsung.
Tak ayal, kondisi ini membuat pasien emfisema mengalami penurunan nafsu makan. Yang pada akhirnya, kondisi ini berimbas pula ke penurunan berat badan yang cukup signifikan.
Penyebab penyakit emfisema sangat berhubungan dengan udara kotor yang menumpuk di paru-paru. Asap pun menjadi sumber penyebab penyakit enfisime yang bersumbangsih paling besar, khususunya asap rokok.
Berdasarkan laporan Surgeon General’s Office of the Department of Health and Human Services, tingkat risiko penyakit emfisema pada perokok aktif yang perokok aktif bisa meningkat hingga 13 kali lebih besar. Risiko terkena gangguan paru-paru yang satu ini semakin rentan dialami oleh perokok yang sudah berusia di atas 40 tahun.
Selain asap rokok, asap polusi juga mesti diwaspadai menjadi penyebab penyakit emfisema. Pasalnya, asap polusi yang terus terhirup dapat dengan mudah mengiritasi paru-paru dan meluruhkan dinding alveoli.
Kondisi yang sama terjadi pada paparan bahan kimia industri. Kemampuan bahan kimia industri untuk merusak paru-paru juga tinggi dan rentan menjadi penyebab penyakit emfisema.
Selain karena paparan asap, pada kondisi tertentu penyebab penyakit emfisema juga dapat berasal dari kelainan genetik. Walaupun memang, kondisi ini jarang terjadi. Kelainan genetik yang menjadi penyebab penyakit emfisema adalah kurangnya protein alfa-1 antitripsin di tubuh. Di mana protein ini berfungsi melindungi jaringan elastis pada paru-paru.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat memulihkan kerusakan alveoli yang menjadi dalang penyebab penyakit emfisema. Justru semakin Anda terus terpapar asap tanpa terkendali, tingkat keparahan kerusakan paru-paru dapat terus meningkat hingga ikut merusak organ lain, seperti jantung.
Meskipun demikian, perubahan gaya hidup dapat menjadi penanganan awal mengurangi perkembangan emfisema. Berhenti merokok, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sampai berolahraga secara rutin dapat membuat kerusakan paru-paru tidak bertambah parah secara cepat dan signifikan.
Dari segi medis, pemberian obat kepada pasien emfisema untuk mengurangi gejala yang mengganggu pun kerap dilakukan. Beberapa obat yang kerap diresepkan dokter kepada pasien emfisema, antara lain obat pelega napas atau bronkodilator, kortikosteroid untuk mengurangi peradangan, serta antibiotik untuk penderita emfisema yang mengalami infeksi bakteri. Pada pasien yang mengalami sesak napas cukup parah karena kekurangan oksigen, dokter biasanya menyarankan dilakukan terapi oksigen.
Penangan penyakit emfisema berupa operasi pun bisa dilakukan untuk pasien yang sudah parah. Operasi yang mungkin dilakukan adalah operasi pengangkatan paru-paru pada penderita penyakit emfisema berat. Pengangkatan dilakukan pada jaringan yang sudah rusak agar tidak menyebar dan ikut menyebar ke jaringan lain.
***
Penyebab penyakit emfisema memang sulit dihindari, namun risikonya bisa diminimalkan dengan gaya hidup sehat. Jangan lupa pula untuk memiliki asuransi kesehatan yang terpercaya karena penanganan emfisema haruslah berkelanjutan dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Anda bisa mengambil polis asuransi Mega Comforta dari PFI Mega Life. Di mana asuransi tersebut akan memberikan proteksi terhadap beragam penyakit kritis dengan premi yang tidak terlalu memberatkan, namun manfaat yang diberikan maksimal.