Setiap hari selalu ada informasi baru mengenai pandemi COVID-19. Mulai dari jumlah kasus positif dan korban meninggal, perkembangan pembuatan vaksin, kapasitas fasilitas kesehatan untuk penanganan pasien COVID-19, dan sebagainya.
Banjir informasi tentang virus corona ini memang membuat banyak orang bingung. Apalagi, kadang informasi yang Anda baca memuat keterangan yang saling berlawanan atau bahkan tidak didukung bukti ilmiah, tetapi beredar dengan sangat luas dan dipercaya benar oleh banyak orang. Tak heran bila Anda kemudian kesulitan membedakan mana informasi yang benar dan mana yang sesungguhnya hanya mitos.
Salah satu penyebab timbulnya simpang siur informasi soal COVID-19 adalah karena penyakit ini masih baru. Virus penyebabnya, yaitu SARS-CoV-2, merupakan virus corona jenis baru. Jadi para ahli pun masih melakukan penelitian guna mempelajari dan memahami sifat virus ini, termasuk mencari tahu cara terbaik menekan penyebarannya.
Meski banyak informasi simpang siur tentang COVID-19, bukan berarti Anda dapat berhenti menambah wawasan tentang penyakit ini. Justru Anda harus lebih selektif dalam memperoleh informasi tentang virus corona. Pastikan Anda membaca berita atau informasi dari sumber terpercaya, seperti misalnya situs Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau pernyataan yang disampaikan ahli yang memang memiliki kompetensi di bidang kesehatan, seperti ahli epidemiologi.
Jangan sampai Anda memahami informasi yang tidak benar tentang COVID-19. Berikut 7 mitos corona yang banyak beredar di masyarakat.
Mitos corona yang pertama adalah tentang disinfektan; yaitu cairan yang terbuat dari bahan kimia berbahaya yang berfungsi membunuh bakteri atau mikroorganisme di permukaan tertentu. Perlu dipahami bahwa disinfektan tidak bisa membunuh virus yang terdapat di dalam tubuh.
Cairan disinfektan juga tidak semestinya disemprotkan ke kulit. Disinfektan yang disemprotkan ke kulit sensitif atau yang terluka malah bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi. WHO tidak menyarankan menyemprotkan disinfektan ke tubuh manusia karena bisa menimbulkan efek berbahaya dalam jangka panjang.
Antibiotik adalah obat yang berfungsi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri, bukan virus. Virus dan bakteri adalah dua mikroorganisme yang berbeda, dan cara penanganan penyakit yang disebabkan kedua mikroorganisme tersebut juga tidak sama.
Jadi, mengonsumsi antibiotik tidak akan berpengaruh terhadap virus corona di dalam tubuh. Dokter dapat meresepkan antibiotik kepada penderita COVID-19 yang diketahui menderita masalah kesehatan lain yang memang disebabkan oleh bakteri. Perlu diingat juga bahwa sampai hari ini belum ada obat yang terbukti mampu mematikan virus corona.
Pada awal pandemi, jumlah anak yang terinfeksi virus corona memang sedikit. Namun, itu bukan berarti risiko anak-anak terinfeksi virus corona juga kecil. Dikutip dari situs Detik Health, pada pertengahan Mei 2020 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan terdapat 3.324 anak yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP), 129 anak berstatus PDP meninggal, 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak meninggal akibat COVID-19.
Ketua Umum IDAI Aman B Pulungan mengatakan, angka kesakitan dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia tergolong tinggi. Data yang dimiliki IDAI juga membuktikan bahwa tidak benar anak-anak tidak rentan terhadap COVID-19 atau hanya menderita sakit ringan saat terinfeksi COVID-19.
Masyarakat memang diimbau untuk selalu mengenakan masker saat ke luar rumah. Fungsi utama masker adalah memblokir berpindahnya droplet atau percikan cairan (yang bisa saja mengandung virus) dari mulut atau hidung ke wajah orang lain.
Dalam situs Halodoc dijelaskan, tidak ada bukti masker mampu memblokir partikel virus (dari orang yang tidak mengenakan masker) mengenai wajah orang yang memakai masker. Maka itu, pastikan Anda selalu mempraktikkan physical distancing untuk mengurangi risiko tertulari virus corona.
Dikutip dari situs Kompas, orang yang terinfeksi virus corona belum tentu akan meninggal. Sebagian besar kasus positif COVID-19 justru tergolong ringan dan tidak membahayakan nyawa. Hanya, virus corona dapat memperparah gangguan kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
COVID-19 dianggap berbahaya bagi orang yang memiliki pre-existing condition, yaitu penyakit atau masalah kesehatan yang sudah terdiagnosis sebelumnya, karena daya tahan tubuh penderitanya lebih lemah. Jumlah penderita positif COVID-19 yang tidak menimbulkan gejala, atau dengan kata lain tidak merasakan sakit, saat ini diketahui makin banyak.
Di media sosial pernah beredar kabar mengenai air rebusan bawang putih yang dapat menyembuhkan COVID-19. Walaupun bawang putih memang memiliki sifat antivirus, tetapi tidak ada bukti bahwa bumbu masak ini dapat menyembuhkan penyakit COVID-19.
WHO menyebutkan kabar bawang putih dapat menyembuhkan COVID-19 sebagai hoaks alias tidak benar. Faktanya, sampai hari ini belum ada obat yang telah teruji dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 ini.
Pada awalnya, orang yang dicurigai terinfeksi virus corona dapat dikenali dari gejala seperti demam, batuk, dan gangguan pernapasan lain. Pada kasus yang parah, gejala yang terlihat nyata adalah kesulitan bernapas.
Namun, kini diketahui bahwa ternyata infeksi virus corona juga dapat tidak menimbulkan gejala bila penderitanya memiliki daya tahan tubuh yang baik. Penderita dengan kondisi seperti itu disebut orang tanpa gejala (OTG). Meski OTG tidak memperlihatkan gejala sakit dan umumnya masih dapat beraktivitas secara normal, mereka tetap dapat menularkan virus corona ke orang lain.
OTG baru dapat dikonfirmasi menderita COVID-19 setelah menjalani tes swab atau polymerase chain reaction (PCR) yang hasilnya positif.
Banyaknya berita tentang COVID-19 memang bisa membuat Anda bingung. Apalagi ternyata tidak semua berita yang beredar terbukti kebenarannya.
Jangan sampai terjebak dengan mitos-mitos corona. Dapatkan informasi dari sumber terpercaya, seperti misalnya dari WHO.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, hingga sekarang belum ada obat atau vaksin yang ampuh melawan infeksi virus corona. Upaya terbaik yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri dari risiko terinfeksi COVID-19 adalah melakukan langkah-langkah pencegahan.
Ikuti anjuran pencegahan COVID-19 yang disampaikan lembaga kesehatan terpercaya atau yang didukung oleh bukti ilmiah seperti berikut.
Anjuran ini dianggap sebagai cara paling ampuh untuk menekan risiko tertular virus corona. Membasuh tangan dengan sabun selama minimal 20 detik terbukti dapat mematikan virus yang ada di tangan.
Menjaga jarak dengan orang lain sejauh 1 meter dapat mencegah terjadinya penularan virus corona. Apalagi ternyata banyak orang yang positif COVID-19 tidak menunjukkan gejala sakit. Maka, saat berada di luar rumah atau di tempat umum, pastikan Anda selalu menjaga jarak dengan orang lain sekitar 1 meter.
Banyak orang sering tidak sadar menyentuh wajahnya. Padahal, virus corona dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan yang sudah terkontaminasi. Mulai sekarang, kurangi atau hentikan kebiasaan menyentuh mulut, hidung, dan mata untuk mengurangi risiko Anda terinfeksi COVID-19.
Saat batuk atau bersin, tutupi hidung dengan bagian dalam siku atau lengan bagian atas alih-alih menggunakan telapak tangan. Seperti diketahui, tangan adalah bagian tubuh yang paling rentan terkontaminasi virus. Bila Anda menutup hidung dengan tisu, segera buang tisu ke tempat sampah dan cuci tangan dengan sabun.
Dalam situs Alodokter disebutkan, menjaga kebersihan rumah termasuk salah satu langkah penting untuk melindungi diri dari COVID-19. Alasannya, virus corona kini diketahui dapat bertahan hidup selama berjam-jam hingga berhari-hari di suatu permukaan.
Untuk mengantisipasi kontaminasi virus corona di sekitar rumah, bersihkan barang-barang dan perabot rumah secara rutin. Jangan lupa untuk menyemprotkan disinfektan saat bersih-bersih rumah. Permukaan yang perlu sering disemprot disinfektan adalah yang sering disentuh oleh penghuni rumah, seperti gagang pintu, remote televisi, ponsel, laptop, kran air, dan permukaan meja. Pastikan Anda langsung mencuci tangan dengan sabun setiap selesai bersih-bersih rumah.
Bila Anda memiliki riwayat kontak langsung dengan penderita COVID-19, atau merasa memiliki beberapa gejala yang cocok dengan infeksi virus corona, sebaiknya lakukan tes swab dan isolasi mandiri selama minimal 14 hari sambil menunggu hasil tes keluar. Hal ini penting untuk mencegah Anda menyebarkan virus corona ke orang lain bila ternyata hasil tes nantinya memperlihatkan Anda positif terinfeksi COVID-19.
Selain melakukan langkah-langkah pencegahan penyakit, Anda juga perlu memiliki perlindungan dari risiko kerugian finansial akibat sakit.
Tak bisa dipungkiri, biaya berobat saat ini sangat mahal. Belum lagi bila Anda harus menjalani rawat inap. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani satu kali pengobatan berisiko mengganggu arus kas rutin Anda.
Jangan sampai situasi seperti itu terjadi. Anda bisa menghindari kesulitan seperti itu dengan memiliki asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan memberikan manfaat yang dapat meringankan beban Anda dan membuat hidup Anda lebih tenang dan nyaman. Dengan memiliki asuransi kesehatan, Anda tidak perlu khawatir atau bingung memikirkan biaya pengobatan saat sakit karena akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Dengan begitu, Anda dapat fokus pada upaya penyembuhan dan kondisi keuangan Anda pun tidak terganggu.
Pastikan Anda memilih jenis asuransi kesehatan yang menawarkan manfaat yang sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan Anda. Asuransi Mega Hospital Investa dari PFI Mega Life menawarkan manfaat berupa santunan rawat inap karena sakit atau kecelakaan, santunan rawat inap ICU/ICCU, santunan meninggal dunia karena sakit dan kecelakaan, serta pengembalian premi (no-claim bonus).
Produk asuransi kesehatan Mega Hospital Investa banyak diminati karena menawarkan manfaat perlindungan yang nyaman, dengan premi ramah di kantong. Anda bahkan dapat memilih rencana pembayaran premi sesuai kemampuan Anda.
Jangan tunda lagi untuk memiliki asuransi kesehatan. Waktu terbaik membeli produk asuransi kesehatan adalah saat Anda dalam kondisi sehat dan tidak memiliki pre-existing condition.