3 Like
Kesehatan

Apakah DBD Menular? Inilah 7 Fakta dan Mitos Seputar DBD

PFI Mega Life
06 Jan 2021
Mitos-mitos demam berdarah dengue (DBD) ini sering dianggap sebagai fakta medis. Saatnya cek kebenaran ilmiah seperti apakah DBD menular dan DBD berbahaya.

Apakah DBD Menular? Inilah 7 Fakta dan Mitos Seputar DBD

Penyakit demam berdarah mungkin bukan hal yang asing lagi bagi penduduk di negara tropis seperti Indonesia hingga India. Sebagai negara yang masih mencetak pasien DBD hingga melebihi 70.000 kasus per pertengahan 2020, sudah selayaknya edukasi terhadap penyakit DBD lebih digencarkan ke masyarakat. Ini demi pemahaman yang lebih mendalam seperti apakah dbd menular dan bagaimana cara pencegahan dan pengobatan.

Supaya tidak salah kaprah, saatnya untuk kupas tuntas tentang penyakit DBD serta mitos seputar penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti ini.

 

Mengenal Penyakit Demam Berdarah

Demam berdarah atau disebut juga demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. Virus ini disebarkan dan masuk ke dalam tubuh  manusia melalui gigitan nyamuk spesies Aedes, antara lain Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Penyakit DBD umum ditemukan di lebih dari 100 negara di dunia dan tercatat 40% dari populasi dunia rentan terkena DBD, khususnya di area yang risikonya tinggi. Pada area demikian, 1 dari 4 orang berpotensi terjangkit penyakit DBD dan menunjukkan gejala yang bervariasi, mulai dari ringan hingga serius. Penyakit DBD juga bisa bersifat mematikan dan membutuhkan pertolongan medis berupa perawatan rumah sakit.

Seringnya penyakit demam berdarah sulit dipastikan karena menunjukkan tanda-tanda yang tidak sangat spesifik, misalnya demam, ngilu badan, mual, dan bintik-bintik pada tubuh. Gejala ini bisa berkisar antara 2-7 hari dan pasien bisa sembuh setelah 1 minggu.

 

Memahami Penularan Demam Berdarah

Bisa dipastikan, sejauh ini, DBD ditularkan gigitan nyamuk. Kedua jenis nyamuk sebagai perantara penularan virus dengue terhadap tubuh manusia adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ketika tergigit salah satu jenis nyamuk yang membawa virus ini, virus dengue akan masuk dari liur nyamuk ke pembuluh darah orang sehat.

Seekor nyamuk bisa menularkan ke lebih dari satu orang pasien DBD, yaitu disebut juga multiple bite. Kondisi ini terjadi ketika nyamuk yang membawa virus dengue berpindah sehingga menyebabkan infeksi meluas.

Selanjutnya perlu dipahami juga apakah DBD menular atau tidak dari aspek lain, yaitu antarmanusia, jawabannya adalah tidak. Penyakit DBD tidak bisa ditularkan antara manusia karena membutuhkan nyamuk sebagai perantara atau vektor transmisi. Namun, jika seorang yang tertular virus dengue dan digigit nyamuk yang sehat, mata rantai ini akan berlanjut. 

Jadi apakah DBD menular, jawaban spesifiknya adalah:

  • DBD menular dari perantara gigitan nyamuk yang mengandung virus dengue ke orang sehat. 
  • DBD menular dari pasien DBD melalui nyamuk biasa (nyamuk yang tidak mengandung virus dengue).
  • DBD menular dari wanita hamil ke janin selama kehamilan atau berdekatan dengan masa melahirkan.
  • DBD juga pernah tercatat menular melalui pemberian ASI, CDC menerima sebuah laporan atas kasus penularan yang tergolong langka itu. Namun, mengingat tingginya manfaat pemberian ASI, ibu disarankan untuk terus menyusui.

Penyakit DBD juga sangat jarang ditularkan melalui transfusi darah, transplantasi organ, hingga injeksi jarum.

 

7 Mitos dan Fakta Seputar DBD

 

Nah, saatnya memahami juga tentang mitos-mitos lain yang beredar seputar penyakit DBD. Berikut beberapa mitos populer berikut fakta medisnya yang wajib Anda ketahui:

Mitos DBD #1: Sekali terkena DBD, sudah imun selamanya

Ada empat jenis serotipe virus dengue sesuai tingkat keganasannya di Indonesia, yaitu DEN-3, DEN-2, DEN-1, dan DEN-4. Seseorang yang telah sembuh dari DBD memang berpotensi memiliki kekebalan, tetapi tergantung jenis antibodi terhadap serotipe yang sudah pernah terkena dan sembuh sebelumnya.

Logikanya, seseorang yang telah sembuh dari jenis DBD serotipe DEN-2 masih memiliki risiko terjangkit ketiga jenis DBD lainnya. Walaupun demikian, kemungkinan seseorang terkena DBD hingga empat kali dalam seumur hidupnya tergolong sangat jarang.

Dari pemahaman ini juga dapat dipastikan kasus DBD yang dialami seseorang bisa lebih serius kedua kalinya dibandingkan yang pertama. Hal ini kembali lagi tergantung pada jenis serotipe virus Dengue yang menyerang.

Mitos DBD #2: Jus jambu merah dan daun pepaya efektif menyembuhkan DBD

Apakah DBD Menular? Inilah 7 Fakta dan Mitos Seputar DBD

Salah satu anggapan awam paling populer di masyarakat adalah khasiat buah-buahan untuk menyembuhkan penyakit DBD. Di antaranya, jus jambu merah atau guava dan daun pepaya sering dianggap efektif untuk meningkatkan trombosit yaitu sel darah merah.

Dilansir dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan khusus bagi penderita penyakit dengue. Dikarenakan penyakit ini bersifat self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Karena itu, jambu sebenarnya tidak berkhasiat menambah trombosit darah. Hanya saja, kandungan vitamin C yang tinggi berguna untuk memperbaiki daya tahan tubuh melawan virus dengue. Secara perlahan, trombosit penderita akan meningkat dengan sendirinya.

Karena itu, prinsip pengobatan secara umum adalah mencegah penderita tidak sampai mengalami dehidrasi. Caranya adalah mengonsumsi cairan khususnya yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau minuman lain yang manis.

Terapi utama adalah pemeliharaan cairan tubuh, yaitu banyak minum. Jika ditemukan adanya gejala penyerta seperti demam bisa diberi obat demam agar menghindari kondisi semakin parah.

Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) tidak menyebutkan secara spesifik jenis makanan atau minuman yang berguna untuk memulihkan penderita demam berdarah. Namun, dalam Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control  yang dikeluarkan WHO, disebutkan penderita demam berdarah sebaiknya mengasup cairan yang cukup (lebih dari 5 gelas berukuran sedang untuk dewasa, atau disesuaikan untuk anak-anak). Cairan tersebut bisa berupa susu, jus buah, cairan isotonik, oralit, air barley/ beras.

Mitos DBD #3: Umumnya hanya anak-anak dan lansia yang terserang DBD

Dr Leong Hoe Nam, seorang ahli penyakit menular dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura menyebutkan risiko penyakit DBD adalah pada paparan nyamuk, bukan usia. Jadi DBD bisa menyerang segala usia jika memang berada pada area yang riskan.

Lebih lanjutnya dijelaskan, gejala yang dialami seseorang yang masih muda dengan kesehatan prima mungkin tidak akan separah lansia. Hal ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang tentunya lebih lemah pada anak-anak dan lansia. Selain itu, penyakit existing seperti tekanan darah, diabetes dan penyakit jantung juga akan mempersulit sembuhnya orang berusia tinggi jika terkena DBD.

Mitos DBD #4: Sembuh DBD berarti kebal Covid-19

Dilansir Reuters, ada studi kaitan antara DBD dan COVID-19 dipimpin profesor Duke University, Miguel Nicolelis. Namun, studi yang dilakukan di Brasil tersebut belum dipublikasikan sampai sekarang.

Nicolelis menyebutkan, area-area terpapar wabah DBD justru tingkat infeksi COVID-19 rendah. Jika hipotesis tersebut terbukti benar, ini dapat berarti infeksi demam berdarah ataupun imunisasi dengan vaksin DBD yang manjur dan aman bisa menghasilkan tingkat perlindungan imunologis terhadap COVID-19. Orang yang memiliki antibodi DBD dalam darah mereka, bisa terbukti positif palsu (false positive) dalam tes antibodi virus corona.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa interaksi imunologis diantara dua virus tersebut masih membutuhkan riset lebih lanjut. Perlu studi lanjutan kaitan antara DBD dan COVID-19. Studi yang sudah ada masih bersifat sementara dan hasilnya masih bisa berubah. Bagaimana pun, orang yang memiliki antibodi DBD belum tentu lebih kuat daripada mereka yang tidak memilikinya. Dengan demikian, tetap hindari paparan baik terhadap virus dengue maupun virus corona.

Mitos DBD #5: Trombosit rendah? Pasti DBD, nih!

Apakah DBD Menular? Inilah 7 Fakta dan Mitos Seputar DBD

Untuk mendiagnosis DBD, dokter umumnya akan menganjurkan pengecekan darah untuk mengetahui jumlah trombosit dalam tubuh. Salah satu gejala khas DBD memang penurunan trombosit yang menyebabkan pasien lemas.

Dikutip dari Times of India, ada berbagai infeksi lain, obat-obatan, penyakit autoimun, serta penyebab lain, seperti pembedahan dan kehamilan yang bisa menyebabkan jumlah trombosit yang rendah. Jenis penyakit seperti chikungunya, demam kuning, HIV, hepatitis B/C, dan tipus juga rentan menurunkan trombosit.

Mitos DBD #6: Lingkungan sudah dilakukan fogging, sudah aman dari DBD

Apakah DBD menular setelah ada upaya fogging? Faktanya, Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue, sangat mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga tidak mudah mati dengan fogging saja.

Upaya mengendalikan dengue, tidak hanya mematikan nyamuk dewasanya saja, tetapi juga harus mengendalikan telurnya. Ini karena telur nyamuk akan menjadi nyamuk dewasa juga dalam waktu 7-10 hari. Hal yang lebih tepat untuk dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan mengikuti program pemerintah untuk mencegah DBD, yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Bukan hanya nyamuknya yang diberantas, melainkan juga telur dan tempat nyamuk bersarang.

Mitos DBD #7: DBD bukan penyakit serius, cukup diobati sendiri

Per pertengahan 2020, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr Siti Nadia Tarmizi M Epid mengatakan, kasus DBD di Indonesia hingga Juli mencapai 71.633 dengan jumlah kematian 459 kasus.

Nilai rata-rata risiko kematian di Indonesia masih di angka 0.9%, artinya paling tidak rata-rata ada 100 kematian karena DBD per tahunnya. Kematian DBD bisa terjadi ketika pasien tidak bisa melewati fase kritis dengan baik. Pada fase ini, virus beraksi merusak celah antarsel sehingga berpotensi komplikasi yang berakibat fatal. Karena itu, setiap orang tidak hanya perlu memikirkan apakah DBD menular, tetapi apakah DBD bisa disembuhkan serta tidak lagi menganggap sepele penyakit DBD.

 

Cara Terbaik Melawan DBD

Tindakan preventif menjaga kebersihan lingkungan serta kesadaran diri terhadap bahaya DBD tetap menjadi kunci dalam melawan penyakit DBD. Selain itu, lengkapi kesehatan Anda dan keluarga dengan asuransi dari PFI Mega Life.

Mengingat penyakit DBD bersifat self-limiting disease, yaitu bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu tertentu, tanpa ada obat spesifik karena disebabkan virus, perawatan intensif sangat dibutuhkan. Jika terkena penyakit DBD, disarankan untuk segera berobat dan melanjutkan dengan perawatan medis yang lebih seksama di rumah sakit.

Asuransi kesehatan sangat dibutuhkan untuk mendampingi kesembuhan Anda dan keluarga dari penyakit DBD. Miliki segera Mega Hospita Investa, salah satu produk asuransi rumah sakit terbaik dari PFI Mega Life. Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi kami segera!

Berikan komentar anda

TERIMA KASIH TELAH MENGHUBUNGI KAMI lang

Kami akan meninjau dan mengkonfirmasi komentar Anda lang